
Selarasindo.com–Gadis yang tengah menimba ilmu di Universitas Wijaya Kusuma Purwokerto jurusan Sosial Politik (Sospol) semester 7 ini, bersama dua rekannya yakni Nada Inayah dari fakultas Ekonomi dan Bisnis serta Dicky Ibnu Marzuki dari Sospol tengah mengadakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Kroya kecamatan Kroya Cilacap- Jawa Tengah.
Kepada 20 peserta dari perwakilan RT ini mereka memberikan sosialisasi tentang Budidaya Ikan Dalam Ember (Budikdamber)
Mahasiswa Universitas Wijaya Kusuma Purwokerto saat mengadakan KKN pelatihan budidaya ikan dalam ember di desa Kroya kec. Kroya – Cilacap 5/8. (Ist)
Ingin jadi pemimpin.
Ketika ditemui selarasindo.com di Baledesa Kroya, Selasa 11/8 Yelin menuturkan mengapa ia tertarik jurusan Sosial Politik.
“Belakangan ini politik mendapat konotasi negatif. Politik seperti pisau yang tajam. Tergantung penggunaannya. Jika untuk hal hal yang baik tentu bermanfaat bagi orang banyak. Begitu juga sebaliknya,” ujar Yelin Febiyana.
Gadis yang tinggal di desa Kedawung kecamatan Kroya-Cilacap ini selanjutnya menuturkan mengapa ia tertarik untuk menimba ilmu sosial politik.
” Tertarik ingin terjun ke dunia politik karena termotivasi oleh sang proklamator Presiden RI ke 1 yakni Bapak Ir. Soekarno dan Bapak Ir Joko Widodo ( Pak Jokowi) ” ujarnya lagi.
Ia tertarik dengan Presiden Pertama Ir Soekarno karena pidatonya sangat menggungah dan memotivasi pendengarnya untuk terus berjuang demi bangsa dan negara. Sedangkan kepada Ir. Jokowi karena semangat dan tekatnya yang bulat dengan slogannya : kerja,kerja, kerja untuk rakyat.
Jaga kesatuan dan persatuan.
Menurutnya, kita wajib bersyukur dan menghargai jasa para pahlawan yang rela mengorbankan harta benda, jiwa dan raganya demi kemerdekaan yang kini dinikmati oleh anak cucunya yakni generasi penerus bangsa.
Oleh karena itu ia mengajak kepada sesama generasi muda untuk selalu menjaga kesatuan dan persatuan dengan menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika, berbeda -beda tetap satu, Indonesia.
Sigit SPd (LPPMD-kiri) dan Khozin (KPMD-kanan) foto bersama mahasiswa Wijaya Kusuma Purwokerto yakni Neli, Kiki dan Yelin saat KKN di desa Kroya, Selasa 11/8. (SH)
“Perbedaan itu bukan membuat kita semakin pecah, namun justru membuat kita semakin bersatu. Karena perberdaan itulah yang menyatukan kita semua,” ujarnya lagi seraya berharap agar generasi muda jangan mudah diadu domba.
Oleh karena itu betapa pentingnya penanaman jiwa patriotisme, cinta tanah air dengan tidak melupakan jasa-jasa para pejuang. Ada pepatah “Jasmerah” jangan mepupakan memori sejarah.
Berjuang ditengah pandemi.
Jika orang kita dulu berjuang dengan menggunakan senjata, namun sekarang berjuang dengan pendidikan. Apalagi saat ini ditengah musim virus Corona atau Covid-19. Musuh kita saat ini tidak terlihat. Oleh karenanya harus diatasi dan dilawan dengan pendidikan. Untuk mengatasi pandemi dengan mengembangkan berbagai ilmu.
Bagi Yelin Febiyana, generasi dulu adalah generasi berjuang. Pemuda saat ini adalah generasi membangun, yang harus mampu mengubah masyarakat agar lebih maju dengan berbagai ilmu yang dimilikinya.
Seperti dalam Tridharma Perguruan Tinggi yang ketiga yakni Pengabdian Masyarakat.
“Melalui pengabdian masyarakat Insya Allah Indonesia akan menjadi agent of change,”ujar anak kedua dari 3 bersaudara pasangan keluarga Purbadi dan Samini ini. (Saring Hartoyo)