Rabu, Oktober 9
Shadow

FASHION SHOW SANGGAR HUMANIORA, TAMPILKAN BUSANA UNIK DAN KRATIF DARI PENGELOLAAN LIMBAH.

Fashion Show hasil daur ulang, Sanggar Humaniora Refleksi Kehidupan Pemulung, Minggu 22/2/24.(ist).

Selarasindo.com—Lomba Fashion Show Busana Daur Ulang ikut mewarnai acara Kenduri Urban Humanity Refleksi Kehidupan Pemulung – Seni untuk Kemanusiaan, yang diselenggarakan Sanggar Humaniora Kota Bekasi.

Acara ini digelar di Sanggar Humaniora, Kranggan Permai Jatisampurna Kota Bekasi, Minggu (25/02/2023).

“Busana daur ulang bukan hanya solusi bagi masalah limbah, tetapi juga merupakan ladang baru untuk inovasi kreatif,” ujar perancang busana daur ulang Wiwiek Poengki, dari Kota Yogyakarta.

Pemilik Sanggar Daur Ulang Wiwiek Poenk Art Flashion ini memboyong dua modelnya, Nabila Kezia Ratna Dewanti (pelajar SMK Negeri 1 Kasihan/SMKI Yogyakarta) dan Ruth Chatarina Della Baylon (Pelajar Marsudirini 2 Yogyakarta), ikut memeriahkan Lomba Fashion Show Busana Daur Ulang yang diselenggarakan Sanggar Humaniora.

Keduanya berhasil memboyong Juara 1 dan 2 untuk kategori umum Lomba Fashion Show Busana Daur Ulang acara Kenduri Urban Humanity Refleksi Kehidupan Pemulung – Seni untuk Kemanusiaan.

Sementara untuk kategori anak, penghargaan diraih Myisha Salasya Ayunda Luvena (Juara 1), dari Gandaria Jakarta Selatan, Morena Jane Rusli (Juara 2) dari Bekasi Barat, dan Syarifah Azkia Naura Firrizqiah (Juara 3) dari Bekasi Utara.

Peraih juara Lomba Fashion Show Busana Daur Ulang,  Refleksi Kehidupan Pemulung, Minggu 25/2/24.(ist).

Lomba Fashion Show Busana Daur Ulang menciptakan kostum, menampilkan busana unik dan kreatif yang dikreasikan dari pengelolaan limbah; sampah produktif.

Kegiatan ini terinspirasi dari menumpuknya sampah-sampah dan rongsokan yang secara rutin dikumpulkan para pemulung binaan Rumah Singgah Bunda Lenny Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan. Saat ini ada sekitar 229 pemulung menjadi warga binaan lembaga nirlaba yang sudah 29 tahun beroperasi.

“Walaupun acaranya sederhana. Diadakan di sanggar di jalanan di tengah pemukiman penduduk justru sangat menarik sekali karena lain dari yang lain,” kata Wiwiek Poengki, perancang busana daur ulang yang sudah mengikuti berbagai fashion show tingkat Nasional.

Lomba Fashion Show Busana Daur Ulang ini untuk pertama kalinya diselenggarakan Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan di kawasan Jatisampurna Kota Bekasi.

Walau baru pertama namun pesertanya datang dari berbagai kota, antara lain dari Yogyakarta, Jakarta, Tangerang, Depok, Bogor, dan Bekasi.

Apa yang dilakukan Sanggar Humaniora, menurut Wiwiek, sangat tepat di tengah kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Bagaimana cara mengajak masyarakat supaya ikut menyelamatkan bumi dengan mengurangi limbah.

“Sadar lingkungan yang efektif mensosialisasikanya melalui seni pertunjukan. Masyarakat jadi terinspirasi untuk membuat limbah menjadi sebuah karya yang bisa dinikmati keindahanya,” tutur Wiwiek.

Ketua Umum Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan Eddie Karsito, dalam sambutannya menyampaikan, pentingnya menyadari kerusakan lingkungan yang diakibatkan industri.

Mengingatkan tentang perlunya waspada terhadap bahaya sampah, kemudian berpartisipasi mengedukasi anak-anak Indonesia melalui empat pilar budaya; Cinta Bersih, Cinta Sehat, Cinta Tertib (disiplin), dan Cinta Keindahan.

“Melalui Lomba Fashion Show Busana Daur Ulang ini kita dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan. Ini bisa menjadi pelajaran yang baik untuk generasi mendatang tentang bagaimana kita dapat berkontribusi melindungi planet kita,” ujar Eddie Karsito.

Lomba Fashion Show Busana Daur Ulang ini menjadi satu rangkaian kegiatan Kenduri Urban Humanity Refleksi Kehidupan Pemulung – Seni untuk Kemanusiaan yang digelar sejak Kamis (22/02/2024) sampai dengan Kamis (29/02/2024) mendatang.

Selain lomba fashion show busana daur ulang, ada lomba mewarnai dan melukis, pameran lukisan, seni instalasi, dan seni pertunjukan musik dan lenong remaja.

Kenduri “Urban Humanity – Refleksi Kehidupan Pemulung” untuk pertama kali sebuah perhelatan seni yang melibatkan para awam, yaitu; pemulung dalam proses kreatif dengan pendekatan seni instalasi.

Mengkontruksi sejumlah benda milik pemulung seperti gerobak, karung, gancu, dan alat mencari rongsok (sampah) lainnya. Benda-benda ini dikonstruksi menjadi karya seni instalasi yang memiliki kesadaran makna.

Kenduri “Urban Humanity – Refleksi Kehidupan Pemulung” diselenggarakan oleh Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan. Didukung oleh Unit Usaha Syariah PT. Pegadaian Cabang Pegadaian Syariah Islamic Centre Bekasi.

Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, melalui Sanggar Humaniora membimbing ratusan siswa, pelajar mahasiswa, anak-anak dan remaja putus sekolah yang dididik informal melalui pendekatan seni peran dan budi pekerti secara gratis.

Melalui Rumah Singgah Bunda Lenny, telah melakukan aksi sosial ratusan kali, baik peduli sosial, santunan yatim dan dhua’fa, membantu korban bencana banjir, tanah longsor, kebakaran, serta pelayanan pendidikan non-formal.

Membuka warung kopi dan mie instan gratis buka tiap hari yang melayani para pemulung, musafir dan orang-orang lapar. (Edkar/sh).

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.