Selarasindo.com- Dalam rangka merespon perubahan status Jakarta menuju Indonesia Emas tahun 2045, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta menyelenggarakan Lokakarya Kebudayaan yang bertujuan untuk menggali peran ulama dalam membangun ketahanan budaya dalam menghadapi arus ekonomi global. Berlangsung di Hotel Tavia, Cempaka Putih Jakarta Pusat, Selasa (30/7/2024).
Lokakarya yang mengusung tema “Peran jalan ulama dan kebudayaan merespon perubahan status Jakarta menuju Indonesia Emas tahun 2045”.
KH. Luthfi Hakim, Ketua bidang seni dan budaya MUI Jakarta dalam sambutannya.“Majelis Ulama berkepentingan untuk mengadakan acara ini untuk berusaha Bagaimana menjaga eksistensi budaya lokal tanpa mengurangi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, bentuk kepedulian dari MUI Jakarta juga untuk menjalin silaturahmi dan komunikasi serta tukar pikiran antara para ulama para tokoh para pakar para cendekiawan agar bisa merumuskan langkah-langkah ke depan di dalam mengantisipasi perubahan-perubahan yang akan terjadi karena kalau menurut ekonomi dan mengacu kepada apa standar pembangunan yang ada di Indonesia yang hanya mengacu pada pertumbuhan maka itu sudah pasti mengabaikan nilai-nilai kesiapan masyarakat untuk merespon perubahan.
Bagaimana kemudian kita nantinya bisa apa membangkitkan semangat masyarakat untuk siap menghadapi perubahan tanpa meninggalkan identitas jadi dirinya mudah apa yang kita lakukan nanti bisa bermanfaat sebagai sumbangsih pemikiran untuk mewujudkan masyarakat yang berbudaya Luhur. Atas nama Panitia Saya mengucapkan terima kasih khusus kepada pimpinan Majelis Ulama Indonesia yang telah mensupport yang telah memberikan dorongan motivasi dan banyak hal sehingga acara ini dapat berlangsung,” ujarnya.
Ketua MUI Jakarta, KH.Muhammad Faiz atau kerapkali disapa Gus Faiz menambahkan,
”Bicara tentang relasi agama budaya dikaitkan dengan peranan ulama singkat dulu saya belajar bahwa agama itu akan mewarnai budaya dan budaya itu akan memperkaya agama, sebagai ketua umum saya kemudian berusaha memantaskan baik lahiriah dan batiniah. Casingnya itu harus saya sesuaikan dengan apa yang saya bawa hari ini. Kalau saya jadi ketua umum yang seharusnya casingnya itu iPhone 15 ya jangan sampai nanti ketua umum memori itu masih di bawah itu itu dari aspek besar itu. Ketiga, saya sampaikan kepada santri saya itulah sejatinya relasi antara budaya dengan agama karena boleh jadi orang yang tidak memahami secara sederhana itu mungkin terjerumus kepada paradigma yang salah.”kata Gus Faiz
Lokakarya ini dihadiri oleh berbagai tokoh dan pemangku kepentingan, termasuk Ketua MUI DKI Jakarta KH Muhammad Faiz, Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta Cecep Khairul Anwar ,Kolonel Inf Nanang Ariyanto yang mewakili Pangdam Jaya dan Kabaintelkam POLRI Irjen Pol. Drs. Syahardiantono, M.Si. Selain itu, para nara sumber seperti Dr. Marullah Matali, Lc, Prof. Agus Suradika, MPD, dan KH. Nur Alam Bachtir serta Yahya Andi Saputra Budayawan Betawi juga turut memberikan materi terkait pembangunan kebudayaan dan peran ulama dalam menjaga ketahanan budaya.
Lokakarya ini juga mengangkat topik mengenai status Jakarta pasca UU No. 2 Tahun 2024, yang akan dibahas dalam sesi kedua. Selain itu, akan ada presentasi dari Sigit Wijatmoko Aspem Prov. DKI Jakarta, Khaerudin, S.E. Pimpinan DPRD Prov. DKI dan H. Beky Mardani Ketua Umum LKB.
Lokakarya ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai peran ulama dalam membangun ketahanan budaya di Jakarta, serta merumuskan rencana strategis untuk pengembangan keagamaan dan kebudayaan di Jakarta. Dengan kolaborasi yang baik antara ulama, kebudayaan, dan pemerintah, diharapkan Jakarta dapat menjadi pusat budaya yang kuat dalam rangka mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045.(Masd/sh)